26 Des 2008

Makna Natal dan implementasi

"Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil", kata Yohannes pembabtis (Yoh. 3:30).

Setiap perayaan Natal kita selalu menyaksikan perbedaan mutlak dengan hari biasa lainnya. Kalau kita ke mal-mal atau jalan-jalan kota. Semua berlomba menampilkan kemilau yang sulit kita bandingkan dengan cara kelahiran Yesus sendiri. Di mal kita menemukan berbagai jenis pohon Natal yang harganya mulai dari ratusan ribu hingga jutaan. Dan orang berbelanja kemegahan dan kemewahan dekorasi seolah ingin bersaing antara satu dengan yang lainnya bahkan seolah ingin menandingi kebesaran Natal itu sendiri. Pernak-pernik dan kemewahan yang lebih dari cukup untuk membiayai banyak kelahiran (persalinan), sementara itu di acara-acara tv dan koran dan di depan mata kita sendiri, kita menyaksikan kepedihan yang mendera saat merayakan natal anaknya. Sebut saja Karta yang babak belur karena mencuri sebuah handphone demi membiayai istri yang baru melahirkan.

Kadang saya bertanya pada diri sendiri apakah Yesus akan senang jika saya merayakan natal-Nya hanya dengan sebuah lilin karena uang yang seharusnya membeli pohon natal telah diberikan untuk membantu sebuah proses kelahiran lain yang kondisi ekonominya sama dengan ketika Yesus lahir?

Atau apakah dia senang ketika Natal-Nya dirayakan dengan jalan-jalan yang sunyi senyap yang jauh dari gemerlap dan pesta kembang api karena ditukar perayaan natal bagi si tidak mampu.

Setiap Natal saya sering membayangkan bagaimanakah cara bunda Theresa atau Romo Mangunwijaya merayakan acara Natal ini. Atau apa gerangan nasehatnya jika kita bertanya cara merayakan Natal.

Dari ruang tv di sebelah sayup-sayup kudengar bait lagu ".....sunyi senyap bintangmu, gemerlap......"

Sementara nun jauh di suatu tempat, digubuk reot, seseorang menunggu sebuah proses kelahiran dengan dada yang sesak dan isak tertahan.

Saudaraku....., dengan atraksi kemewahan, mengganti pohon Natal dengan yang 2 meter, mobil ratusan juta, kamar-kamar indah tak berpenghuni, sisa makanan mahal yang terbuang percuma, tabungan untuk masa depan yang tidak akan pernah cukup, masih mungkinkah Natal menjadi sebuah bintang terang yang menuntun kita menemukan anak yang lahir di atas jerami itu?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar