27 Mar 2009

Jemari Tuhan dan Sang Waktu

Ketika Tuhan menjentikkan jemarinya, kematian menjadi pernak-pernik yang bertaburan di antara kita. Kesadaran akan kesalahan seperti bangun dari tidur panjang. Penyesalan untuk mundur ke belakang adalah mimpi meski tangis menjadi-jadi. Dan berakhir hanya dalam dua bentuk, doa yang berbuah hikmah atau protes pada Tuhan yang merusak jiwa.

Air bah melimpah bertanding dengan air mata yang tak berkesudahan. Rumah lux dan gubuk reot bernilai sama pada akhirnya, meski ada jua yang protes, bagaimanapun rumah lux lebih punya kekuatan, berkat beton dan tulang besinya, minimal ada kematian yang berhasil dihalau dari penghuninya. Bandingkan dengan gubuk yang tiang-tiangnya justru semakin mematikan. Jadi kecemburuan pun perlahan merayap di antara ketidak berdayaan. Menelikung beberapa isi kepala menjadi jurang sosial yang semakin menganga. Sekali lagi pada akhirnya bernilai sama.

Gemetar pusat bumi, memacu gemetar jiwa. Meruntuhkan apapun tanpa pilih-pilih. Puing-puing, darah, ketakutan dan kematian di sana sini menyebabkan orang melupakan sekelumit perbedaan yang sulit berpadu pada satu titik (sudut pandang politik, budaya, hukum, agama, ras dsb). Tolong-menolong menjadi jembatan gagah yang tampak indah. Sebagian ikhlas, namun sebagian lagi terselip jua cita-cita tersembunyi, bantuan maya dan kedermawanan menjadi kendaraan yang melaju di atas jembatan itu, mencipta keanggunan sekelumit pribadi, lebih menyakitkan ketika menjadi keuntungan tak terduga. Banyak yang menjalaninya dalam perasaan plong, seolah sang Pencipta merestui dengan mengatakan itu bagian dari kucuran keringatnya.

Ketika jemari Tuhan dijentikkan-Nya, hanya sang waktu yang berlaku seperti biasa, dia tidak perduli pada perbedaan apapun, pada intrik selicik apapun, pada tangis sesendu apapun, pada tawa sederai apapun, pada kematian sekelam apapun, kesakitan seperih apapun, pada beribu kelakuan terpuji atau tercela, pada iba yang menghiba-hiba, pada kau, aku, kita atau mereka, atau pada jentikan jemari Tuhan berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar